Trilo, Kuala Tanjung, - Komitmen PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terhadap pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan terus diwujudkan melalui berbagai inisiatif nyata. Kali ini, INALUM menyalurkan dukungannya bagi sektor pertanian dengan memperkenalkan dan menerapkan Metode Tani Nusantara (MTN) di lahan percontohan seluas ±1.000 meter persegi di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Panen perdana yang dilaksanakan pada awal Oktober ini menjadi bukti keberhasilan pendekatan pertanian alami tersebut. Bersama kelompok masyarakat binaan, INALUM membuktikan bahwa hasil tani ramah lingkungan dapat sejalan dengan efisiensi biaya dan peningkatan kesejahteraan petani.
Kepala Divisi CSR/TJSL PT INALUM, Susyam Widodo, menegaskan bahwa program ini merupakan bentuk nyata langkah perusahaan dalam mendukung inovasi pertanian masyarakat yang berkelanjutan, berdaya saing, serta sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) 2030.
“Melalui Metode Tani Nusantara, kami berupaya mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimia. Lebih dari itu, kami ingin membantu petani menjadi lebih mandiri, hemat biaya, dan memiliki daya saing tinggi. Ini adalah bagian dari upaya kami memperkuat ketahanan pangan berbasis kemandirian desa,” ujar Susyam.
Metode Tani Nusantara sendiri merupakan sistem budidaya berbasis bahan organik lokal yang menggantikan penggunaan pupuk serta pestisida kimia. Dengan cara ini, petani tak hanya mampu menekan biaya produksi, tetapi juga turut menjaga keseimbangan dan kesuburan alami tanah.
Setelah menjalani masa tanam selama tiga bulan, hasil panen menunjukkan capaian yang menggembirakan. Produktivitas mencapai 220 kilogram per rante (400 m²), hanya sedikit di bawah metode konvensional yang menghasilkan 250 kilogram per rante padahal sempat terjadi kekurangan pasokan air di tengah masa tanam. Namun dari sisi efisiensi, metode ini jauh lebih unggul: biaya tanam sekitar Rp500.000, lebih hemat dibanding metode konvensional yang mencapai Rp700.000.
Selain itu, petani binaan dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia dengan menggantinya menggunakan bahan fermentasi alami. Proses pemupukan dilakukan tiga kali, sedangkan penyemprotan pestisida organik dilakukan dua kali, disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan tanaman di lapangan.
Sebagai bagian dari pendampingan, INALUM juga memberikan pelatihan teknis, studi banding ke desa lain yang telah berhasil menerapkan MTN, serta bantuan peralatan produksi pupuk dan pestisida organik. Program ini menjadi wujud komitmen perusahaan dalam mendukung SDG’s poin 2: Tanpa Kelaparan, sekaligus berkontribusi terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional yang dicanangkan pemerintah.
Melalui langkah ini, INALUM tidak hanya menyalurkan energi untuk kemajuan industri, tetapi juga menumbuhkan energi kehidupan bagi masyarakat desa. Sebuah harmoni antara inovasi, keberlanjutan, dan semangat kemandirian lokal untuk masa depan pertanian Indonesia yang lebih hijau dan tangguh.(Yus)